Selasa, 27 Maret 2012

Teori dan Isu Lingkungan Kota


TEORI LINGKUNGAN KOTA
 Lingkungan fisik kota terbentuk oleh berbagai unsur tiga dimensi: sifat rancangan; lokasi dan kaitan posisi elemen satu dengan elemen lainnya, merupakan faktor penentu kejelasan ciri-sifat lingkungan tersebut (Sudrajat, 1984). Meskipun unsur pembentuk lingkungan perkotaan di berbagai tempat pada dasarnya relatif sama, tetapi susunannya selalu berlainan, sehingga bentuk, struktur dan pola lingkungan yang dapat dipahami dan dicerna manusia pada tiap lingkungan kota senantiasa berbeda-beda.
a.    Teori beban lingkungan ( environment load teori )
Premis dasar teori ini adalah manusia yang mempunyai kapasitas yang terbatas
Teori hambatan perilaku ( Behaviour Constraints Theory )dalam proses informasi. Menurut Cohen ( fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995 ). Ada 4 asumsi dasar teori ini yaitu :
1.    Manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam pemprosesan informasi,
2.    Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas pemrosesan informasi, proses perhatian tidak akan dilakukan secara optimal,
3.    Ketika stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adftif. Artinya, signifikasi stimulus akan dievaluasi melalui proses proses pemantauan dan keputusan dibuat atas dasar respon pengatasan masalah.
4.    Jumlah perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang waktu, tetapi sesuai dengan kebutuhan.
b.    Teori ( Behavior Constraints Theory )
Premis dasar teori ini adalah stimulasi yang berlebih atau tidak diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan dalam kapasitas pemprosesan informasi. Akibatnya, orang merasa kehilangan control terhadap situasi yang sedang berlangsung ( fisher dkk, 1984 ). Perasaan kehilangan control merupakan langkah awal dari teori kendala perilaku.
Istilah ‘hambatan’ berarti terdapat sesuatu dari lingkungan yang membatasi ( atau menginterferensi dengan sesuatu ), apa yang menjadi harapan. Avril ( dalam fisher, 1984 ), mengatakan bahwa ada beberapa tipe control terhadap lingkungan yaitu control perilaku, control kognitif dan control lingkungan. Control lingkungan mengarahkan perilaku untuk mengubah lingkungan misalnya mengubah suasana yang bising , membuat jalan yang tidak berkelok kelok, membuat tulisan / angka dalam tiap lantai gedung yang bertingkat, atau membuat pagar hidup untuk membuat rumah bernuansa ramah lingkungan. Control kognitif dengan mengandalkan pusar kendali didalam diri artinya mengubah interpretasi situasi yang mengancam menjadi situasi yang penuh tantangan. Control keputusan, orang mempunyai control terhadap alternative pilihan yang ditawarkan. Semakin besar control yang dilakukan, semakin membantu keberhasilan adaptasi.
c.    Teori Level Adaptasi
Menurut teori ini, stimulasi level yang rendah maupun yang tinggi, mempunyai akibat negative bagi perilaku.
Adaptasi dilakukan ketika terjadi sesuatu disonansi dalam suatu system, artinya ketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan lingkungan.
Salah satu teori beban lingkungan adalah teori adaptasi stimulasi yang optimal oleh wohwill ( dalam fisher, 1984 ) menyatakan bahwa ada 3 dimensi hubungan perillaku lingkungan yaitu :
1.    Intesitas. Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang, akan membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang yang menyebabkan perasaan sesak ( crowding ) dan terlalu sedikit menyebabkan orang merasa terasing ( socialization ).
2.    Keanekaragaman. Keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap pemprosesan informasi. Terlalu beraneka ragam membuat perasaan overload dan kekuranganekaragaman membuat perasaan monoton.
3.    Keterpolaan. Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban dalam pemprosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi.
d.    Teori Stres Lingkungan ( Environment Stress Theory )
Teori stress lingkungan pada dasarnya merupakan aplikasi teori stress dalam lingkungan. Berdasarkan model input-process-output, maka ada 3 pendekatan dalam stress yaitu stress sebagai stressor,  stress sebagai respon / reaksi, dan stress sebagai proses. Stressor merupakan sumber atau stimulus yang mengancam kesejahteraan seseorang, misalnya suara bising, panas atau kepadatan tinggi. Respon stress adalah reaksi yang melibatkan komponen emosional, fikiran, psikiologis dan perilaku. Proses merupakan proses transaksi antara stressor dengan kapasitas diri. Oleh karenanya, istilah stress bias hanya merujuk pada sumber stress, respon terhadap sumber stress saja, tetapi keterkaitan antara ketiganya ( Prawitasari, 1989 ).
e.    Beberapa Ekologi
Perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem ( Hawley dalam Himman & Faturochman, 1994 ) yang mempunyai asumsi dasar sebagai berikut :
1.    Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan
2.    Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia – lingkungan
3.    Interaksi manusia – lingkungan ersifat dinamis
4.    Interaksi manusia – lingkungan terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada fungsi.
Premis utama teori ini organism environment fit model yaitu kesesuaian antara rancangan lingkungan dengan perilaku yang diakomodasikan dalam lingkungan tersebut.


Urban Environmental Issues: ISU LINGKUNGAN PERKOTAAN
Urban environmental problems are threats to people's present or future well-Masalah lingkungan perkotaan adalah ancaman terhadap masyarakat saat ini atau masa depan baik  being, resulting in human induced damage to the physical environment in or borne into ini, yang mengakibatkan kerusakan yang disebabkan manusia terhadap lingkungan fisik di atau ditanggung keurban areas. daerah perkotaan. Urban environmental issues are raised by urban development initiatives and Masalah lingkungan perkotaan yang diangkat oleh inisiatif pembangunan perkotaan dan are related to environmental problems. adalah berkaitan dengan masalah lingkungan. Diantaranya: The following table presents a wide range of urban environmental problems.Lokalized masalah kesehatan lingkungan seperti air minum tidak memadai dan sanitation facilities, indoor air pollution and excessive crowdingsanitasi, polusi udara dalam ruangan dan crowding berlebihan, 2.City regional environmental problems like ambient air pollution, inadequate andKota lingkungan masalah-masalah regional seperti polusi udara, tidak memadai, inefficient waste disposal management, pollution of water bodies and loss ofLimbah tidak efisien pembuangan manajemen, pencemaran badan air dan hilangnyagreen areas. daerah hijau, Ekstra perkotaan dampak kegiatan perkotaan seperti gangguan ekologi dan sumber daya depletion and emission of chemicals and green house gases. deplesi dan emisi bahan kimia dan gas rumah kaca dan The urban impacts of regional or global environmental burden that may arise fromPara perkotaan dampak beban lingkungan regional atau global yang mungkin timbul dari  activities outside the city's geographical boundaries, but will affect people livingkegiatan di luar batas-batas geografis kota, tetapi akan mempengaruhi orang yang hidup in the city. di kota. Urban Environmental challenges:
There is a number of emerging environmental challenges that cities will need toAda sejumlah tantangan lingkungan yang muncul bahwa kota-kota perluaddress. alamat. They are as follows: diantaranya  sebagai berikut:
1.    Providing basic environmental services in a way that most effectively protectsMenyediakan jasa lingkungan dasar dengan cara yang paling efektif melindungi healthkesehatan
a.    Access to safe potable water, sanitation and drainage facilities. Akses ke sanitasi yang aman diminum, air dan fasilitas drainase.
b.    b) Proper management of solid waste collection and disposal.Manajemen yang tepat pengumpulan sampah dan pembuangan.
c.    Pengurangan polusi dalam rumah tangga dengan menyediakan bahan bakar bersih untuk cooking and improved household ventilation. memasak dan ventilasi rumah tangga ditingkatkan.
2.    2.Dentifikasi dan pelaksanaan terpadu pendekatan untuk lingkungan perkotaan untuk prevent and abate the impacts of pollution and degradation.mencegah serta menanggulangi dampak dari polusi dan degradasi.
a.    Ambient polusi udara.
b.    Surface water pollution.Permukaan air polusi.
c.    Polusi air tanah dan deplesi.
d.    Penggunaan lahan dan degradasi ekosistem.
3.    Proper dealing with accidents and environmental disasters deriving from bothBerurusan tepat dengan kecelakaan dan bencana lingkungan yang berasal dari keduanatural and man made efforts. alam dan melakukan upaya. Some of the worst sites of ecological disaster are Beberapa situs terburuk dari bencana ekologi found in and around cities.ditemukan di dalam dan sekitar kota.
4.    4.Kemiskinan perkotaan dan kondisi lingkungan saling terkait. This poverty is Kemiskinan ini exacerbated by environmental threats that account for a large share of ill health,diperburuk oleh ancaman lingkungan yang menjelaskan bagian besar dari kesehatan yang buruk, awal kematian dan penderitaan bagi manusia.
5.    Urban environmental factors are affecting human health, particularly in the fieldFaktor lingkungan perkotaan yang mempengaruhi kesehatan manusia, khususnya di lapanganof fertility. kesuburan. In some countries, sperm counts are drastically reduced.Di beberapa negara, jumlah sperma yang berkurang drastis.
6.    Understanding the influence of urbanization on food system ie food supply,Memahami pengaruh urbanisasi terhadap pasokan makanan sistem pangan yaitu, pemasaran dan distribusi. Because of adulterated food supply in urban areas. Karena pasokan makanan tercemar di daerah perkotaan.
7.    Perkotaan gepeng. The population is increasing in urban areas, leading to the decline Populasi meningkat di daerah perkotaan, menyebabkan penurunan in the amount of open space available and urban poor will take up illegaldalam jumlah ruang terbuka yang tersedia dan kaum miskin kota akan mengambil ilegal residence on the periphery of the city.tinggal di pinggiran kota. These settlements become slums of the Pemukiman-pemukiman menjadi kumuh dari most appalling nature and adversely affect the environment.yang paling mengerikan alam dan mempengaruhi lingkungan.
8.    Konsumsi perkotaan dan pola produksi adalah akar atau penyebab utama darienvironmental deterioration. lingkungan kerusakan. Therefore better urban environmental management is Oleh karena itu pengelolaan lingkungan perkotaan yang lebih baik required. diperlukan.

Referensi
Fisher, A, Bell, P.A., & aum, A., 1984. Environment Psychology. New York : Holt, Rineheart dan Wiston.
Gifford, R. 1987. Environment Psycology : Principle and practice. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
Helmi, A.F., 1994. Hidup di Kota Semakin Sulit. Bagaimana Strategi Adaptasiyang Efektif dalam Situasi Kepadatan Sosial ?. Buletin Psikologi, II (2) 1-5.

1 komentar: