TEORI LINGKUNGAN KOTA
Lingkungan
fisik kota terbentuk oleh berbagai unsur tiga dimensi: sifat rancangan; lokasi
dan kaitan posisi elemen satu dengan elemen lainnya,
merupakan faktor penentu kejelasan ciri-sifat lingkungan tersebut (Sudrajat, 1984).
Meskipun unsur pembentuk lingkungan perkotaan di berbagai tempat pada dasarnya relatif
sama, tetapi susunannya selalu berlainan, sehingga bentuk, struktur dan pola
lingkungan yang dapat dipahami dan dicerna manusia pada tiap lingkungan kota
senantiasa berbeda-beda.
a. Teori
beban lingkungan ( environment load teori )
Premis dasar teori ini
adalah manusia yang mempunyai kapasitas yang terbatas
Teori
hambatan perilaku ( Behaviour Constraints Theory )dalam proses informasi.
Menurut Cohen ( fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995 ). Ada 4 asumsi
dasar teori ini yaitu :
1. Manusia
mempunyai kapasitas terbatas dalam pemprosesan informasi,
2. Ketika
stimulus lingkungan melebihi kapasitas pemrosesan informasi, proses perhatian
tidak akan dilakukan secara optimal,
3. Ketika
stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adftif. Artinya, signifikasi
stimulus akan dievaluasi melalui proses proses pemantauan dan keputusan dibuat
atas dasar respon pengatasan masalah.
4. Jumlah
perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang waktu, tetapi sesuai
dengan kebutuhan.
b. Teori
( Behavior Constraints Theory )
Premis dasar teori ini adalah stimulasi yang
berlebih atau tidak diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan dalam kapasitas pemprosesan informasi.
Akibatnya, orang merasa kehilangan control terhadap situasi yang sedang
berlangsung ( fisher dkk, 1984 ). Perasaan kehilangan control merupakan langkah
awal dari teori kendala perilaku.
Istilah ‘hambatan’ berarti terdapat sesuatu
dari lingkungan yang membatasi ( atau menginterferensi dengan sesuatu ), apa
yang menjadi harapan. Avril ( dalam fisher, 1984 ), mengatakan bahwa ada
beberapa tipe control terhadap lingkungan yaitu control perilaku, control
kognitif dan control lingkungan. Control lingkungan mengarahkan perilaku untuk
mengubah lingkungan misalnya mengubah suasana yang bising , membuat jalan yang
tidak berkelok kelok, membuat tulisan / angka dalam tiap lantai gedung yang
bertingkat, atau membuat pagar hidup untuk membuat rumah bernuansa ramah lingkungan.
Control kognitif dengan mengandalkan pusar kendali didalam diri artinya
mengubah interpretasi situasi yang mengancam menjadi situasi yang penuh
tantangan. Control keputusan, orang mempunyai control terhadap alternative
pilihan yang ditawarkan. Semakin besar control yang dilakukan, semakin membantu
keberhasilan adaptasi.
c. Teori
Level Adaptasi
Menurut teori ini, stimulasi level yang
rendah maupun yang tinggi, mempunyai akibat negative bagi perilaku.
Adaptasi dilakukan ketika terjadi sesuatu
disonansi dalam suatu system, artinya ketidakseimbangan antara interaksi
manusia dengan lingkungan.
Salah satu teori beban lingkungan adalah
teori adaptasi stimulasi yang optimal oleh wohwill ( dalam fisher, 1984 )
menyatakan bahwa ada 3 dimensi hubungan perillaku lingkungan yaitu :
1. Intesitas.
Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang, akan membuat gangguan
psikologis. Terlalu banyak orang yang menyebabkan perasaan sesak ( crowding ) dan terlalu sedikit
menyebabkan orang merasa terasing ( socialization
).
2. Keanekaragaman.
Keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap pemprosesan informasi.
Terlalu beraneka ragam membuat perasaan overload dan kekuranganekaragaman
membuat perasaan monoton.
3. Keterpolaan.
Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan
rumit menyebabkan beban dalam pemprosesan informasi sehingga stimulus sulit
diprediksi, sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah
diprediksi.
d. Teori
Stres Lingkungan ( Environment Stress Theory )
Teori stress lingkungan pada dasarnya
merupakan aplikasi teori stress dalam lingkungan. Berdasarkan model input-process-output, maka ada 3
pendekatan dalam stress yaitu stress sebagai stressor, stress sebagai
respon / reaksi, dan stress sebagai proses. Stressor
merupakan sumber atau stimulus yang mengancam kesejahteraan seseorang,
misalnya suara bising, panas atau kepadatan tinggi. Respon stress adalah reaksi
yang melibatkan komponen emosional, fikiran, psikiologis dan perilaku. Proses
merupakan proses transaksi antara stressor
dengan kapasitas diri. Oleh karenanya, istilah stress bias hanya merujuk pada
sumber stress, respon terhadap sumber stress saja, tetapi keterkaitan antara
ketiganya ( Prawitasari, 1989 ).
e. Beberapa
Ekologi
Perilaku manusia merupakan bagian dari
kompleksitas ekosistem ( Hawley dalam Himman & Faturochman, 1994 ) yang
mempunyai asumsi dasar sebagai berikut :
1. Perilaku
manusia terkait dengan konteks lingkungan
2. Interaksi
timbal balik yang menguntungkan antara manusia – lingkungan
3. Interaksi
manusia – lingkungan ersifat dinamis
4. Interaksi
manusia – lingkungan terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada fungsi.
Premis utama teori ini organism environment fit model yaitu kesesuaian antara rancangan
lingkungan dengan perilaku yang diakomodasikan dalam lingkungan tersebut.
Urban
Environmental Issues:
ISU LINGKUNGAN PERKOTAAN
Urban
environmental problems are threats to people's present or future well-Masalah lingkungan perkotaan adalah
ancaman terhadap masyarakat saat ini atau masa depan baik being, resulting
in human induced damage to the physical environment in or borne into
ini, yang mengakibatkan kerusakan yang disebabkan manusia terhadap lingkungan
fisik di atau ditanggung keurban areas.
daerah perkotaan. Urban environmental issues are
raised by urban development initiatives and Masalah lingkungan perkotaan
yang diangkat oleh inisiatif pembangunan perkotaan dan are related to environmental problems. adalah
berkaitan dengan masalah lingkungan. Diantaranya: The
following table presents a wide range of urban environmental problems.Lokalized
masalah kesehatan lingkungan seperti air minum tidak memadai dan sanitation facilities, indoor air pollution and
excessive crowdingsanitasi, polusi udara dalam ruangan dan crowding
berlebihan, 2.City regional environmental problems
like ambient air pollution, inadequate andKota lingkungan
masalah-masalah regional seperti polusi udara, tidak memadai, inefficient waste disposal management, pollution of
water bodies and loss ofLimbah tidak efisien pembuangan manajemen,
pencemaran badan air dan hilangnyagreen areas.
daerah hijau, Ekstra perkotaan dampak kegiatan perkotaan seperti gangguan
ekologi dan sumber daya depletion and emission of
chemicals and green house gases. deplesi dan emisi bahan kimia dan gas
rumah kaca dan The urban impacts of regional or
global environmental burden that may arise fromPara perkotaan dampak
beban lingkungan regional atau global yang mungkin timbul dari activities
outside the city's geographical boundaries, but will affect people livingkegiatan
di luar batas-batas geografis kota, tetapi akan mempengaruhi orang yang hidup in the city. di kota. Urban Environmental challenges:
There
is a number of emerging environmental challenges that cities will need toAda sejumlah tantangan lingkungan
yang muncul bahwa kota-kota perluaddress.
alamat. They are as follows: diantaranya sebagai berikut:
1. Providing
basic environmental services in a way that most effectively protectsMenyediakan jasa lingkungan dasar
dengan cara yang paling efektif melindungi healthkesehatan
a.
Access to safe potable water,
sanitation and drainage facilities.
Akses ke sanitasi yang aman diminum, air dan fasilitas drainase.
b.
b) Proper management of solid waste
collection and disposal.Manajemen
yang tepat pengumpulan sampah dan pembuangan.
c.
Pengurangan
polusi dalam rumah tangga dengan menyediakan bahan bakar bersih untuk cooking and improved household ventilation.
memasak dan ventilasi rumah tangga ditingkatkan.
2. 2.Dentifikasi dan pelaksanaan terpadu
pendekatan untuk lingkungan perkotaan untuk prevent
and abate the impacts of pollution and degradation.mencegah serta
menanggulangi dampak dari polusi dan degradasi.
a.
Ambient
polusi udara.
b.
Surface water pollution.Permukaan air polusi.
c. Polusi air tanah dan deplesi.
d.
Penggunaan
lahan dan degradasi ekosistem.
3. Proper
dealing with accidents and environmental disasters deriving from bothBerurusan tepat dengan kecelakaan
dan bencana lingkungan yang berasal dari keduanatural
and man made efforts. alam dan melakukan upaya. Some of the worst sites of ecological disaster are
Beberapa situs terburuk dari bencana ekologi found
in and around cities.ditemukan di dalam dan sekitar kota.
4. 4.Kemiskinan perkotaan dan kondisi
lingkungan saling terkait. This poverty is
Kemiskinan ini exacerbated by environmental
threats that account for a large share of ill health,diperburuk oleh
ancaman lingkungan yang menjelaskan bagian besar dari kesehatan yang buruk, awal
kematian dan penderitaan bagi manusia.
5.
Urban environmental factors are
affecting human health, particularly in the fieldFaktor lingkungan perkotaan yang
mempengaruhi kesehatan manusia, khususnya di lapanganof fertility. kesuburan. In some countries, sperm counts are drastically reduced.Di
beberapa negara, jumlah sperma yang berkurang drastis.
6. Understanding
the influence of urbanization on food system ie food supply,Memahami pengaruh urbanisasi
terhadap pasokan makanan sistem pangan yaitu, pemasaran dan distribusi. Because of adulterated food supply in urban areas.
Karena pasokan makanan tercemar di daerah perkotaan.
7. Perkotaan gepeng. The population is increasing in urban areas, leading to
the decline Populasi meningkat di daerah perkotaan, menyebabkan
penurunan in the amount of open space available
and urban poor will take up illegaldalam jumlah ruang terbuka yang
tersedia dan kaum miskin kota akan mengambil ilegal residence on the periphery of the city.tinggal di
pinggiran kota. These settlements become slums of
the Pemukiman-pemukiman menjadi kumuh dari most
appalling nature and adversely affect the environment.yang paling
mengerikan alam dan mempengaruhi lingkungan.
8. Konsumsi perkotaan dan pola produksi
adalah akar atau penyebab utama darienvironmental
deterioration. lingkungan kerusakan. Therefore
better urban environmental management is Oleh karena itu pengelolaan
lingkungan perkotaan yang lebih baik required.
diperlukan.
Referensi
Fisher, A, Bell, P.A., & aum,
A., 1984. Environment Psychology.
New York : Holt, Rineheart dan Wiston.
Gifford, R. 1987. Environment
Psycology : Principle and practice. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
Helmi, A.F., 1994. Hidup di Kota Semakin Sulit. Bagaimana
Strategi Adaptasiyang Efektif dalam Situasi Kepadatan Sosial ?. Buletin
Psikologi, II (2) 1-5.
COPY PASTE PASTI???
BalasHapus